Selasa, 04 Agustus 2009

boy of sindangagung

ilyas ilyasa
kmp.peundeuy ds.sindang agung Kuningan
TTL : Kuningan,15 oktober 1991
School :MAN sukamanah Tasikmalaya
Hobby: football,volly ball dll

Pesan : "DON'T FORGET ME" OK...!
Kesan : SAAT BERKUMPUL MA TEMAN.............

Selasa, 28 Juli 2009

hikayat nabi yusuf

Syahdan.. Nabi Yusuf pernah dipenjara oleh Raja Mesir hingga akhirnya dibebaskan karena mampu menafsirkan mimpi aneh dan sangat mengganggu sang baginda.
Mimpi mengenai tujuh ekor sapi gemuk yang digantikan oleh tujuh ekor sapi kurus.
Maka beliau pun menafsirkannya sebagai akan datangnya masa makmur selama bertahun-tahun dan digantikannya masa paceklik selama bertahun-tahun.
Setelah mendengarkan penafsiran beliau maka Sang Raja pun memerintahkan untuk membuat persiapan-persiapan selama masa makmur sebagai langkah antisipasi selama masa paceklik.
Hal tersebut ternyata menyelamatkan kesejahteraan rakyat Mesir selama masa paceklik hingga mereka dapat melewatinya dengan baik karena adanya langkah-langkah antisipasi selama masa makmur.
Masa makmur adalah saat yang digunakan untuk bersiap menghadapi masa paceklik.
Hikayat ini sebenarnya merupakan sebuah pesan moral yang disampaikan kepada manusia untuk memiliki pandangan jauh ke depan dan tidak terjebak dengan pemuasan untuk kepentingan sesaat saja.
Hidup manusia memang sudah ditakdirkan berputar seperti roda. Kadang ada di atas dan kadang ada di bawah.
Nah, di setiap posisi tersebut kita harus selalu bersiap-siap menghadapi perubahan dalam bentuk apapun.
Terutama kesiapan mental untuk menghadapi hal-hal yang kita tidak bersiap menghadapinya.
Sehebat apapun rencana yang kita susun dalam hidup ini, ternyata pada kenyataannya seringkali berubah dalam hasil akhirnya.
Kalaupun target bisa tercapai, apakah tidak pernah terpikirkan bahwa sebenarnya kita bisa meraih lebih dari itu?
Atau sebenarnya kita sudah melewatkan peluang-peluang lain yang lebih baik dari itu?
Hanya karena kita sudah mengenakan kaca mata kuda dengan berpaku kepada target-target dan rencana-rencana dalam hidup kita.
Hidup memang selalu berubah.
Tapi perubahan itu lebih menuntut adanya pengembangan dalam diri kita menjadi lebih baik dan tentu saja menjadi lebih bermanfaat bagi orang lain.
Bersiap menghadapi apa yang kita tidak siap menghadapinya adalah hal penting yang harus selalu kita kembangkan.
Hingga akhirnya hidup kita bisa lebih berbahagia karena dimanapun posisi kita dalam roda kehidupan ini tidak pernah menjadi masalah.
Saat di atas kita tetap berbahagia karena bisa menikmati hidup yang indah dan bersiap-siap menyongsong saat kita nanti harus berada di bawah.
Pun saat di bawah kita menjadi lebih berbahagia karena yakin bahwa akan merambat lagi ke atas dan bersiap-siap menyongsong masa nanti yang lebih indah.

Selasa, 26 Mei 2009

Selasa, 28 April 2009

"SiMpAng AjaL"

SELESAI sudah tugas Montenero. Karenanya, kini ia tinggal bunuh diri. Bunuh diri! Itu saja. Betapa tidak! Ia telah membunuh tiga orang itu sekaligus. Ya, tiga orang. Santa, orang yang dengan serta-merta memenggal kepala bapaknya ketika bapaknya menolak menandatangani selembar kertas yang berisi surat perjanjian untuk terikat dengan sebuah partai. Lantas Denta, yang ketika pembunuhan itu terjadi berusaha membungkam mulut bapaknya agar tidak berteriak, serta Martineau yang mengikatkan tali pada tubuh bapaknya agar bapaknya tak bergerak sedikit pun menjelang kematiannya. Karena itu, sekarang, Montenero sendiri tinggal bunuh diri!"Selamat malam, Montenero. Sebaiknya kamu kubur dulu ketiga mayat itu baik-baik! Setelah itu, terserah!" ucap batin Montenero, meronta."Ya, kubur dulu! Lantas, selamat tinggal!" sisi kedirian batin Montenero yang lain menimpali.Sesungguhnya Montenero memang tidak perlu menjumput beragam kebijaksanaan untuk sesegera mungkin mengubur mayat-mayat itu. Toh memang, tugas pembantaiannya telah usai. Dan dengan sendirinya, dendam yang bersemayam di dalam dirinya lunas terbalaskan."Tetapi, semestinya engkau mempunyai cukup rasa kemanusiaan untuk tidak membiarkan mayat-mayat itu menggeletak begitu saja karena kau bunuh! Kasihan tubuh mereka menggeletak! Semestinya jika dengan cepat mereka menjadi makanan belatung-belatung menggiriskan di dalam tanah. Bukan menjadi makanan empuk bagi lalat-lalat hijau!" Belati, yang telah menikam dada Santa, Denta, dan Martineau masing-masing sebanyak enam kali, yang sepertinya sangat tahu berontak batin Montenero, ikut angkat bicara.Montenero menghela napas. Menggeliat."Ah, benar. Sudah semestinya. Sekarang, engkau harus bisa membebaskan pikiranmu dari angan-angan tentang balas dendam. Ingat, ketiga mayat itu telah menjadi seonggok daging yang tak berarti. Harus dikubur! Engkau harus mengubah pola pikir yang begitu konyol itu, Montenero," cecar sebilah Pedang, yang rencananya ia gunakan juga untuk membunuh, tetapi Santa, Denta, dan Martineau ternyata cukup memilih mati cuma dengan sebilah Belati."Oh ya. Ya. Aku ingat lagi sekarang. Engkau harus mempersiapkan banyak keberanian agar kau menjadi tidak gagu dalam bersikap. Jangan seperti ketika kau akan membunuh! Kau hunjamkan diriku ke dada ketiga mayat itu dengan gemetar. Sekarang, untuk menguburkan ketiga mayat itu, tak perlu ada denyut ragu yang berujung gemetaran badan, desah napas memburu, suara terengah-engah, dan keringat dingin yang keluar berleleran. Semua itu harus diubah. Dengan segera!"Montenero melirik jam tangan. Kurang tiga puluhan menit kokok ayam bakalan meletup kejut. Ia menghapus keringat dingin yang perlahan-lahan tapi pasti mulai membanjiri muka dan tangannya."Cepat lakukan! Keberanian telah datang dengan sendirinya. Lakukan!"Angin pagi mendesir. Jam tangan terus berdetak. Montenero pucat. Lunglai. Apa yang dikatakan oleh Belati dan Pedang itu ada benarnya. Tak ada kebijaksanaan lain menjelang pagi hari itu kecuali penguburan. Tentu saja, penguburan dengan segala kelayakannya. Ada dupa, bunga, kain pembungkus mayat, dan pastilah keberanian. Untuk yang terakhir, soal keberanian itu memang sudah sedikit dimiliki Montenero. Tetapi, untuk dupa, bunga, dan juga sesobek kain pembungkus mayat? Atau, pikiran tentang sesobek kain pembungkus mayat sungguh tak diperlukan lagi?"Ah, begitu banyak pertimbangan kau! Ambillah cangkul! Gali tanah yang cukup untuk mengubur ketiga mayat itu sekaligus. Cepat! Tunggu apa lagi, ha?! Ayo, berikan kelayakan kematian kepada Santa, Denta, dan Martineau. Setidaknya, agar ruh mereka bisa sedikit tertawa di alam baka sana. Cepat Montenero! Waktu tinggal sebentar! Masih ada tugas-tugas lain yang harus kau panggul untuk mencipta sejarah. Sejarah, Montenero! Jangan main-main! Cepat! Ayo, dong. Cepat!!!"Montenero diam. Terpaku. Ia sebenarnya memang tidak perlu mempertimbangkan apa-apa lagi kecuali segera mengubur ketiga mayat itu serapi mungkin, agar paginya tidak sia-sia karena dikorek-korek anjing. Lantas, selesai! Sejarah baru tergores. Bapaknya yang mati sangat mengenaskan dengan kepala terpenggal dari tubuhnya, terbalas sudah. Meskipun kematian Santa, Denta, dan Martineau tidak sempurna seperti kematian bapaknya, tetapi setidaknya mati. Itu saja. Karena hanya sisa keberanian itulah yang dimilikinya. Kebetulan memang juga mati, bukan? Tuntaslah cerita ibunya yang selalu membekas dalam ingatan dan membuatnya selalu berpikir dan bersikap semirip orang sableng.Montenero memutuskan mengambil cangkul. Belati dan Pedang tertawa. Membuat Montenero kembali gundah, berada dalam sangkar kebingungan. Keringat berleleran lagi dari sekujur tubuhnya. Tangannya kembali gemetar. Dengan berteriak sekeras mungkin, Montenero membanting cangkul yang sudah tergenggam kencang di tangannya. Berarti keberaniannya sedikit hilang, bukan? Bahkan barangkali hilang sama sekali? Belati dan Pedang kebingungan. Keduanya pucat pasi. Motivasi apa yang mesti disuntikkan untuk membangkitkan kesadaran keberanian Montenero menjelang matahari terbit?"Aku tak mampu lagi melakukan apa-apa. Aku telah menuntaskan tugasku. Aku telah mencipta…. Uh…. Semestinya kau tak menghimpitku dengan hal-hal kecil yang justru akan menjebakku pada rasa bersalah semacam ini!" dengan suara penuh gemetar, seolah dicekam oleh ketakutan entah apa, Montenero angkat bicara."O…. Kau menganggapnya hal kecil, Montenero? Harusnya aku tadi menolak untuk kau gunakan membunuh jika kau menganggap penguburan adalah sebagai hal yang kecil, remeh. O…. aku bisa saja mogok untuk membunuh bila akhirnya kau malah bimbang sikap semacam ini! Kau tahu, Montenero. Aku bisa balik mengubah keberanianmu untuk membunuh. Aku bisa tiba-tiba saja menikam dadamu sendiri di depan Santa, Denta, dan Martineau. Bangsat! Anjing, kau!!!"Montenero terpaku. Suasana di sekitar tempat pembantaian itu merayap senyap. Montenero berulang-kali blingsatan. Montenero terus-menerus mengusap keringat yang berleleran membasahi sekujur wajah. Dan detik terus saja berdetak. Sesekali ia garuk-garuk kepala sembari berjalan mondar-mandir. Belati dan Pedang cuma memandangi saja. Bisa jadi, Belati dan Pedang memang sudah kehabisan kata-kata untuk memotivasi Montenero. Sesekali dilihatnya mayat Santa yang terbujur kaku, Denta yang terkapar melingkar bagai ular, dan Martineau yang jika diperhatikan secara jeli ternyata malah tersenyum di puncak kenyerian kematiannya."Bagaimana, Montenero? Bagaimana? Aku masih sanggup membikin keberanian buatmu. Belum terlambat, dan tak akan pernah terlambat. Aku masih bersabar bersama Pedang.""Bagaimana?" Montenero mengusik tanya kepada dirinya sendiri."Terserah!""Bagaimana, Belati?""Terserah! Bagaimana dengan kamu, Montenero? Masih sanggup kau mendengar kata-kataku? Ok. Engkau masih bisa bekerja dengan cepat menanam ketiga mayat itu baik-baik. Ambillah cangkul itu. Keduklah tanah segera. Kuburkan mereka senyaman mungkin. Ah, bulan yang sebentar lagi bakalan angslup itu juga pasti merestui dan memandangimu dengan rasa puas. Barangkali, ia bakalan memberi ucapan selamat kepadamu. Kenapa engkau mesti terjebak pada rasa ragu? Ayo, aku senantiasa berada di belakangmu!"Aih, ayam telah berkokok bersahutan. Meskipun ayam baru berkokok, keadaan di sekitar tempat pembantaian itu sudah cerah. Udara meruapkan kesegaran. Montenero terlambat. Ia belumlah membuat perhitungan-perhitungan untuk bergegas menyuruh Belati agar mau menikamkan diri ke dada Montenero yang kini telah disesaki gebalau bingung, ketololan, amarah, dan entah apa lagi, juga entah ditujukan buat siapa lagi. Montenero betul-betul lunglai, lenyap keberanian, tercipta goresan sejarah yang entah baru entah tidak. ***


Selasa, 14 April 2009

Ridho Rhoma "MENUNGGU"

Sekian lama aku menunggu Untuk kedatanga mu Bukankah engkau telah berjanjiKita jumpa di sini Datanglah, kedatanganmu kutunggu Telah lama, telah lama ‘ku menunggu
Derita hidup yang kualami Duhai pahit sekali Pada siapa aku berbagi Kalau bukan padamu Datanglah, kedatanganmu kutunggu Telah lama, telah lama ‘ku menunggu
Selain dirimu kasih Tiada yang lain lagi Tempat cintaku bersemiMencurahkan isi hati
Lama sekali aku menantiKedatanganmu kekasih Betapa hati tidak ‘kan sedihKau biarkan ku sendiri
Sekian lama aku menungguUntuk kedatanganmu Bukankah engkau telah berjanjiKita jumpa di siniDatanglah, kedatanganmu kutunggu Telah lama, telah lama ‘ku menunggu

bAcA d0nG........

Pada suatu hari Si Otong datang ke rumah seorang cewek cantik, lalu terjadilah percakapan dibawah ini: Si Otong: Alo sayank... gue boleh masuk kan? Ceweq(ce): Boleh boleh aja Si Otong: sayank, kita ke kamar yuk! ce:(berpikir)ehm... yuk setelah di kamar... Si Otong: boleh kunci pintu kan? ce: bolehhhhh Si Otong: kalo tutup jendela juga boleh kan? ce: boleh Si Otong: kita naik ke tempat tidur yuk ce: (berpikir) yuk Si Otong: tutup selimutnya ya ce: (berpikir: akhirnya dia mau melakukannya juga) tutup saja katanya sambil senyum senyum Si Otong: eh liat dech JAM GUE BISA NYALA!!!

Selasa, 07 April 2009

"Sejarah Kuningan"

Diperkirakan ± 3.500 tahun sebelum masehi sudah terdapat kehidupan manusia, hal ini didasarkan kepada peninggalan yang ditemukan di Wilayah Kuningan, salah satu bukti peninggalan tersebut terdapat di Kampung Cipari Kelurahan Cigugur yaitu pada tahun 1972 ditemukan peninggalan dengan identifikasi sebuah peti kubur batu, pekakas dari batu dan keramik dan diperkirakan pada masa itu terdapat pemukiman manusia yang telah memiliki kebudayaan tinggi.Suatu pemukiman masyarakat manusia tersebut baru terwujud dalam bentuk suatu kekuatan politik seperti halnya negara, sebagaimana dituturkan dalam cerita parahyangan dengan nama KUNINGAN.
Negara / Kerajaan Kuningan tersebut berdiri setelah dinobatkan SEUWEUKARMA sebagai Raja/Kepala pemerintahan yang kemudian bergelar RAHIYANG TANGKUKU atau SANG KUKU yang bersemayam di Arile atau Saunggalah.SEUWEUKARMA menganut ajaran “DANGIANG KUNING’ dan berpegang kepada “SANGHIYANG DHARMA” (Ajaran Kitab Suci). Serta “SANGHIYANG RIKSA” (sepuluh pedoman hidup). Ekspansi kekuasaan kuningan pada jaman kekuasaan seuweukarma menyeberang sampai negeri melayu. Pada saat itu masyarakat kuningan merasa hidup aman dan tentram di bawah pimpinan Seuweukarma yang bertahta sampai berusia lama.Perkembangan kerajaan kuningan selanjutnya seakan akan terputus, dan baru pada 1175 masehi muncul lagi. Kuningan pada waktu itu menganut agama Hindu di bawah pimpinan RAKEAN DARMARIKSA dan merupakan Daerah otonom yang masuk wilayah kerajaan Sunda yang terkenal dengan nama Pajajaran , dan termasuk cirebon pada tahun 1389 masehi masuk kekuasaan kerajaan pajajaran, namun pada abad ke-15 cirebon sebagai kerajaan islam menyatakan kemerdekaannya dari pakuan pajajaran.
Pada tahun 1470 masehi datang ke Cirebon seorang ulama besar agama Islam yaitu SYEH SYARIF HIDAYATULLAH putra SYARIF ABDULAH dan ibunya RARA SANTANG atau SYARIFAH MO’DAIM putra Prabu SYARIF HIDAYATULLAH adalah murid SAYID RAHMAT yang lebih dikenal dengan nama SUNAN NGAMPEL yang memimpin daerah ampeldenta.Kemudian SYEH SYARIF HIDAYATULLAH ditugaskan oleh sunan ngampel untuk menyebarkan agama islam di daerah Jawa Barat, dan mula-mula tiba di Cirebon yang pada waktu Kepala Pemerintahan Cirebon dipegang oleh Haji DOEL IMAN.Pada waktu 1479 masehi Haji Doel Iman berkenan menyerahkan kepada syarif hidayatullah setelah menikah dengan putrinya. Karena terdorong oleh hasrat ingin menyebarkan agama Islam, pada tahun 1481 Masehi Syeh Syarif Hidayatullah berangkat ke daerah Lurangung yang masuk wilayah Cirebon Selatan yang pada waktu itu dipimpin oleh KI GEDENG LURAGUNG yang bersaudara dengan KI GEDENG KASMAYA dari Cirebon, selanjutnya Ki Gedeng Luragung memeluk agama Islam.
Pada waktu Syeh Syarif Hidayatullah di Luragung, datanglah Ratu Ontin Nio istrinya dalam keadaan hamil dari negeri Cina (bergelar: Ratu Rara Sumanding) ke Luragung, dari Ratu Ontin Nio alias Ratu Lara Sumanding lahir seorang putra yang tampan dan gagah yang diberi nama Pangeran Kuningan. setelah dari Luragung, Syeh Syarif Hidayatullah dengan rombongan menuju tempat tinggal Ki Gendeng Kuningan di Windu Herang, dan menitipkan Pangeran Kuningan yang masih kecil kepada Ki Gendeng Kuningan agar disusui oleh istri Ki Gendeng Kuningan, karena waktu itu Ki Gendeng Kuningan mempunyai putera yang sebaya dengan Pangeran Kuningan nemanya Amung Gegetuning Ati yang oleh Syeh Syarif Hidayatullah diganti namanya menjadi Pangeran Arya Kamuning serta beliau memberikan amanat bahwa kelak dimana Pangeran Kuningan sudah dewasa akan dinobatkan menjadi Adipati Kuningan.
Setelah Pangeran Kuningan dan Pangeran Arya Kamuning tumbuh dewasa, diperkirakan tepatnya pada bulan Muharam tanggal 1 September 1498 Masehi, Pangeran Kuningan dilantik menjadi kepala pemerintahan dengan gelar Pangeran Arya Adipati Kuningan dan dibantu oleh Arya Kamuning. Maka sejak itulah dinyatakan sebagai titik tolak terbentuknya pemerintahan Kuningan yang selanjutnya ditetapkan menjadi tanggal hari jadi Kuningan.

Selasa, 24 Maret 2009

dongeng sebelum tidur

PO� geus reup-reupan. Reketek Mang Linta mageuhan beulitan sarung dina cangk�ngna. Awakna ngan dibungkus kaos oblong doang. Ka handapna calana komprang. Man�hna geus siap-siap r�k muru ranggon pangancoanana di tengah kali. Sanggeus sagalana b�r�s mah l�os mangkat bari ngajingjing korang.Cai laut anu mimiti pasang mimiti ngarayap ka girang. Di beulah kulon layung kari sadalis. Geuleuyeung, Mang Linta nyorongkeun sampanna ka tengah kali, diwelah lalaunan. Teu lila ge nepi ka handapeun ranggon.Sabot nalikeun sampanna kana tihang ranggon parantina, layung tilem dina po�kna peuting.Barang nyedek ka isa, po�k mani meredong. Pantes b� da bulan kolot, manjing ka lilikuran. Jaba geus ti beurang k�n�h teduh angkleung-angkleungan, kos geus deukeut ka usum hujan.Di saung ranggonna, di tengah kali, Mang Linta nganco dicaangan ku lampu gantung nu caangna m�r�k�t�t�t. Pikirna, sugan peuting ieu mah loba hurang nu kabawa palid ku cai pasang. Bari memener tali ancoanana,pangangguran manehna nelek-nelek ranggon-ranggon nu s�j�n. Katoong paro�k. Aya g� ka beulah girangna, c�lak-c�lak. Ka marana nu ngaranco t�h? Gerentes Mang Linta.Geus tilu kali ngangkat, encan ba� nyugemakeun hat�na. Kalah hayoh w� boboso nu kasair ku ancona t�h. Geus lima. Rada beulah k�nca � okosna mah rada beulah sisi �kad�ng� ku Mang Linta kos aya nu keur ngajala.Man�hna ngintip tina sela-sela hateup ranggon. Enya b�, aya sampan nu keur ngajala, dicaangan ku lampu cempor nu dibawana. Ngan teuing saha-sahana mah, da ku Mang Linta jelemana ngan katempo belegbegna. Tetempoan Mang Linta mah aya duaan, kos aw�w� jeung lalaki. Lalakina nu n�bar-n�barkeun jalana, aw�w�na mupulan beubeunanganana. Biasana mah nu sok duaan ngajala jeung pamajikanana mah Si Ja�. Kitu sangkaan Mang Linta t�h.Diitung-itung, sakitu geus sababaraha kali ngangkat, can aya nu mucekil ba�. Bisa diitung ku ramo angkatan nu ayaan mah. Lolobana mah ngeplos deui ngeplos deui. Caina geus tiis deui kitu? Gerentes Mang Linta. Tapibarang tungkul ka handap, kaciri k�n�h ny�otna cai pasang t�h ka girangkeun. Bobor�lakan. Ceuk itungan mah, tang�h k�n�h kana surut. Did�d�ng�keun deuih ku Mang Linta t�h, sugan aya k�c�p�t-k�c�p�t tenggak hurang. Bet euweuh pisan. Nu loba kad�ng� mah kalah ka tenggak lauk, mani kukucibekan di ditu di dieu. Kos lauk galed� deuih tina sora tenggakna mah. Piuntungeun nu ngajala.Mang Linta tungtungna mah lelenggutan, kateluh ku tunduh. Awakna ngajoprak, ngar�ngkol dina palupuh ranggon. Tadi t�h kuduna mah man�hna hanjat, tapi kapaksa nagen-nagenkeun man�h. Ari r�k balik, korang pan kosong k�n�h. Ceuk pikirna, boro-boro bisa setor keur urang dapur, keur ududna sorangan g� can tangtu mahi. Sugan rada peuting turunna hurang t�h. Nu matak tuluy ku man�hna ditungguan, ngahagalkeun balik rada telat.Di ranggon ancoan nu di girang t�a, anu lampuna c�lak-c�lak, ayeuna mah geus pareum, tandaning geus euweuh nu nungguan. Boa kari man�hna anu masih nagen t�h. Tungtungna mah Mang Linta kateluh ku tunduh. Ari hurang ager b� euweuhan.Hiji mangsa Mang Linta ngulisik, kagand�ngan ku sora kukucuprakan gigireun ranggonna. Man�hna gigisik. Lol ka luar, b�ntang timur geus lingsir ng�tan. Piraku Si Ja� can hanjat mah, sakieu wayah geus deukeut ka janari leutik? R�t ka lampu gantung, geus pareum. Ku angin okosna mah. Ancoanana ngeueum k�n�h, teu kaangkat-angkat da kasar�an.Man�hna memener sila bari ngaringkebkeun deui sarungna kana awak, nutupan hawa tiris nu nyelesep. Lol deui, nolokeun sirahna tina lawang ranggon, hayang sidik ka sora nu kukucuprakan. Enya b� aya parahu, teu jauh ti ranggon ranggonna. Barang man�hna r�k nyorowok, r�k nanya saha-sahana nu di parahu, ari gujubar t�h, sora aya barang beurat nu dijubarkeun ka cai. Mang Linta kerung, tuluy nyidik-nyidik deui. Ditenget-tenget t�h, belegbeg parahu teu robah-robah ayeuna mah, kos nu dijangkarkeun. R�t man�hna ka handap, cai geus ny�ot palid ka hilir. Ari parahu angger nagen, padahal diwelah g� henteu. Teu katempo aya gantar deuih. Okosna mah tadi nu ngagujubar t�h enya sora jangkar nu dialungkeun ka kali.Beuki heran ba� Mang Linta t�h. Sisinarieun aya nu paparahuan peuting-peuting bari jajangkaran sagala. Ilok nu rek ngajala atawa mancing mah? Sakieu wayah geus liwat tengah peuting. Kitu gerentes Mang Linta.Sajongjongan mah, hayoh ba� man�hna nelek-nelek parahu. Sugan enya nu r�k ngajala. Jeung mun enya jelemana wawuh, r�k digeroan.Tapi ditutungguan t�h, ti lebah parahu teu kad�ng� sora-sora rant� jala. Boa nu mancing. Ah, enya meureun nu mancing, da katempo tina belegbegna mah kalah ka dariuk. Tapi teu lumrah deuih wayah kieu aya numancing, komo di tengah mah, gerentesna deui. Biasana g� malem Minggu loba nu mancing mah. Kitu g� naragogna t�h di sisi kali bae, atawa dina parahu nu dicangcangkeun di sisi muara. Langka anu ngahaja ka girang mah. Pan ayeuna mah karak malem ..... Mang Linta nginget-nginget po�. Juma�ah ayeuna t�h. Enya Juma�ah. A�h, naha aing poho-poho teuing, gerentes Mang Linta kos nu reuwas. Paingan batur-batur aing teu ngaranco, da malem Juma�ah, gerentesna deui. Tapi leuwih ngar�njag Mang Linta t�h, barang ti lebah parahu nu buang jangkar t�a, kad�ng� sora aw�w� nyikikik.Aya kana saparapat jamna Mang Linta samar polah di jero ranggonna. R�k ngangkat ancoan, b�b�r�s terus hanjat, sieun ngagareuwahkeun anu keur ot�l dina parahu. Hanjakal teu hanjat ti tatadi. Mun ti tatadi mah, waktu nu dina parahu karak jol ka dinya, moal �ra atawa sieun kos ayeuna meureun mun r�k hanjat t�h. Ayeuna mah, sasat man�hna geus nyaksian jeung nyaho sagala rupana nu dipilampah ku aw�w� jeung lalaki nu ot�l dina parahu t�a. Atuh ari r�k kaluar ti ranggon t�h ayeuna mah jadi serba salah. Leuheung lamun ituna teu nanaon ka man�hna. Kumaha lamun malik nuding ngintip ka man�hna. Eta deuih, bet kabina-bina teuing nu di parahu t�h, kos teu boga curiga nanaon. Parangsana aman b� meureun, da aya di tengah-tengah kali.Tungtungna mah Mang Linta kalah ka ngah�ph�p ba� di ranggon. R�k ngangkat ancoan g� teu wanieun, da ngeueum ti sam�m�h kapulesan. Panonna r�t deui r�t deui ka lebah parahu. Najan enya ukur reyem-reyem,tapi tina sora jeung robah-robahna nu ngabelegbeg mah, kaciri pisan, keur naon nu di parahu t�h. Wayah beuki nyedek ka janari. Hawa beuki nyecep kana kulit.Tungtungna mah Mang Linta ngarasa kaluman. Cindeten ba� t�h matak ngeselkeun ba� hat�na. Pitunduheun g� ngadadak musna. Antukna man�hna mikir, r�k n�angan jalan sangkan aya alesan bisa ninggalkeun ranggon. R�t kana ancoan anu masih k�n�h ngeueum. R�t deui kana parahu nu buang jangkar. Sora-sora nu matak g�t�k kana ceulina, terus ba� kad�ng�. Mun aing t�h bisa ngaleungit, gerentesna.Ah, r�k lah-lahan ba�, gerentesna deui. Ceg kana gagang ancoan. Sam�m�h ancoan diangkat, man�hna narik napas heula, kos keur ngawahan. Bari ngar�r�t ku juru panonna ka lebah parahu, jurungkunung ancoananadiangkat. Waringna dijungjungkeun ka luhur bari digibrig-gibrig. S�ah caina nyurulung. Ti dinya mah man�hna teu wanieun deui nempo ka lebah parahu. Nagen b� sajongjongan mah, bari nahan gagang ancoan sina angger ngajungjung. Dadana mah gegebegan, bareng jeung ngerecekna sora cai nu masih nyurulung tina waring anco. R�t kana eusi anco, rada mondoyot. Ditelek-telek rada ayaan. Talina gancang dikenyang, ngarah eusi anco t�h arasup kana bubu handapeunana. Kerud t�h, gerentes Mang Linta, ari geus wayah kieu karak ayaan.Karak saenggeus sora kerecek cai jemp�, jeung saenggeus gagang anco ditanggeuhkeun, man�hna lalaunan ngalieuk ka lebah parahu. Puguh b� ngaranjug deui Mang Linta t�h, lantaran parahu t�h geus euweuh titempatna. Hor�ng geus aya di hilir, rada jauh. Kos diwelah semu rusuh, muru muara.Mang Linta ngar�nghap. Salila-lila man�hna ngajentul ba�, bari teu miduli hawa janari nu beuki nyecep.�ABAH sia, hudang!� ceuk pamajikan Mang Linta, bari ngageubig-geubig awak salakina. Mang Linta teu gancang hudang. Kalah ka ahah-uhuh, bari angger peureum. �Yeuh, hudang! Penting!� pokna deui. �Peuting man�h balik jam sabaraha?� Mang Linta nguliat. Panonna karancam-keureunceum.Pokna bari rada kerung, �Ku naon kitu?� �Itu batur ribut jurig!��Jurig naon?� Mang Linta beuki kerung. �Teuing! Pajar ranggon ancoan urang aya jurigan!� �Diandel teuing, �cih!� ceuk Mang Linta, kos hor�am ngajawab, perbawa tunduh nu ngagayot k�n�h dina panonna. Man�hna terus hudang, jarugjag-jarigjeug leumpang muru t�ko dina m�ja patengahan.�Itu ceuk urang l�lang,� t�mbal pamajikanana bari angger hariweusweus.�Kumaha cenah?� ceuk Mang Linta bari angger kos nu hor�am ngajawab.�Ceuk Si Daud mah, Pa Mantri Pulisi nu manggihanana!� �Ah, siah!� curinghak ayeuna mah Mang Linta teh, mata bolotot kos manggih kerud. Panonna mencrong ka pamajikanana.�Ih teu percaya mah tanyakeun ka ditu!� Bi �cih daria pisan. ��ta man�h jam sabaraha balik?� �Sor� k�n�h...,� Mang Linta ngabohong. �Cai surut g� aing mah terus balik. Meunang sabaraha on hurang t�h?� �Sakilo satengah. Teu kurang teu leuwih!� �Uyuhan meunang g�...,� ceuk Mang Linta bari ny�rang ka luar.Pamajikanana terus ba� tatanya. Panasaran okosna mah. Mang Linta mah angger, ngajawabna t�h kos nu purun kos nu henteu. Lolobana mah dijawab saliwatan bae, ku ngawadul sawar�h mah. Nempo kitu mah, Bi �cih g� jadi boseneun sorangan.�Malem naon peuting t�h?� Mang Linta api-api. �Juma�ah!� t�mbal pamajikanana. �Pantes r�k aya jurig g�!� ceuk Mang Linta bari ngagoloyoh ka luar.Enya b�, barang ku Mang Linta dipapaykeun ka RT, nu manggihan jurig t�h cenah Pa Mantri Pulisi. Lengkepna mah dong�ng nu manggihan jurig t�h kieu. Pa Mantri peuting �ta ngersakeun mancing di kali. Malah cenahhayang di tengah mancingna t�h. Ka RT m�nta disadiakeun parahu. Mancingna dibarengan ku upas kacamatan. Tah, waktu keur anteng mancing di tengah t�a, ujug-ujug aya nu ngajurungkunung ti jero cai, diranggon ancoan nu teu jauh ti dinya.Salila ngad�ng�keun, reuwas aya hayang seuri aya Mang Linta t�h. �Enyaan duaan jeung upas mancingna?� pokna ka RT. �Apan aing mah nyaksian pisan koloyongna?� t�mbal RT. �Naha RT teu milu maturan atuh?��Ngajakan mah ngajakan Pa Mantri t�h,� ceuk RT bari ngab�l�h�m, �Tapi pan aing kudu ka nu kolot, Linta. Teu dikiliran mah meureun ngamuk...�PEUTINGNA deui, cara sasarina, Mang Linta turun deui ka kali, r�k nganco. R�t ka ranggon-ranggon ancoan nu s�j�n, angger paro�k. Teuing m�mang ngambeu galagat keur euweuh hurang, teuing kapangaruhan ku dong�ng jurig peuting tadi. Nu �c�s, Mang Linta teu wanieun ieuh betus ka nu s�j�n ngeunaan kasaksiaanana peuting tadi. Mana komo barang nyaho mun nu dina parahu t�h Pa Mantri Pulisi.Cara peuting tadi, hurang t�h euweuhan bae. Tapi Mang Linta teu putus harepan, terus b� nagen. Ras inget kana angkatan nu panungtungan peuting tadi, geuning rada mondoyot. Boa enya, hurang t�h ayaanana kajanarikeun, mun cai geus malik surut ka hilir. Sial, peuting tadi kasar�an.Tengah peuting, geus kareureuwasan deui Mang Linta t�h. Ti hilir aya deui parahu nu ngadeukeutan ranggonna. Malah ayeuna mah teu buang jangkar, tapi tuluy ka kolong ranggon. Teu lila g� nu ngawelahnanyalukan. �Mang Linta...?� cenah, rada halon, sada aw�w�.Puguh b� Mang Linta t�h ngad�gd�g. Bulu pundukna tingpuringkak. Beuki ratug ba� dadana barang kad�ng� aya nu n�r�k�l na�k kana ranggonna. Lol nu na�k t�h beungeutna kacaangan ku lampu gantung. Lipenna mani burahay.�D�d�h...?� ceuk Mang Linta, barang mireungeuh nu datang t�h pamajikan RT nu ngora. D�d�h kalah ny�r�ng�h. Mang Linta sawan kuya. �R�k naon man�h peuting-peuting kieu?��Beubeunangan tadi peuting?� t�mbal D�d�h, kalah malik nanya. �Kuatan, mani nepi ka subuh,� pokna deui, bari g�k seselep�t milu diuk dina ranggon. Pag�g�y�. Mang Linta samar polah. Komo barang D�d�h n�mp�lkeun biwirna kana ceulina bari ngahar�wos, �Ulah b�b�ja ka sasaha nya!� cenah. (Darpan a.w)

"TENTANG SAYA"

Nama : Ilyas
Alamat : Kmp.Peundeuy
Ds/Kec.Sindang Agung
Kab.Kuningan
Tgl Lahir : Kuningan 15 Oktober 1991
Hobby : Football
SEKOLAH
SD Sindang Agung II Kuningan
MTsN Sindang sari Kuningan
MAN Sukamanah
Pesantren : Sukahideng Singaparna Tasikmalaya

Pesan : Kerjakanlah apa yang di perintahkan oleh Alloh SWT
Kesan : Saat bermain ma teman...

Selasa, 17 Maret 2009

Ada seorang cewek bugil naik becak. Sepanjang perjalanan, si tukang becak sama sekali tidak mengalihkan pandangannMerasa di perhatikan seperti itu, si cewek tersebut menegur:ya dari si cewek tersebut.Cewek : Ada apa mas, kok ngeliatnya seperti itu? Belum pernah ngeliat cewek bugil apa?!!!Tukang Becak : Oh nggak mbak… Saya cuman memperhatikan, kira-kira nanti mbak mengeluarkan uangnya dari mana???

Selasa, 17 Februari 2009

Kabupaten Kuningan, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Kuningan. Letak astronomis kabupaten ini di antara 108°23″ - 108°47″ Bujur Timur dan 6°45″ - 7°13″ Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak di bagian timur Jawa Barat, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis di selatan, serta Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan.
Bagian timur wilayah kabupaten ini adalah d
Kabupaten Kuningan, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Kuningan. Letak astronomis kabupaten ini di antara 108°23″ - 108°47″ Bujur Timur dan 6°45″ - 7°13″ Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak di bagian timur Jawa Barat, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis di selatan, serta Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan.
Bagian timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian barat berupa ataran rendah, sedang di bagian barat berupa
Kabupaten Kuningan, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Kuningan. Letak astronomis kabupaten ini di antara 108°23″ - 108°47″ Bujur Timur dan 6°45″ - 7°13″ Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak di bagian timur Jawa Barat, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis di selatan, serta Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan.
Bagian timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah
Kabupaten Kuningan, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Kuningan. Letak astronomis kabupaten ini di antara 108°23″ - 108°47″ Bujur Timur dan 6°45″ - 7°13″ Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak di bagian timur Jawa Barat, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis di selatan, serta Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan.
Bagian timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rend
Kabupaten Kuningan, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Kuningan. Letak astronomis kabupaten ini di antara 108°23″ - 108°47″ Bujur Timur dan 6°45″ - 7°13″ Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak
Kabupaten Kuningan, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Kuningan. Letak astronomis kabupaten ini di antara 108°23″ - 108°47″ Bujur Timur dan 6°45″ - 7°13″ Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak di bagian timur Jawa Barat, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis di selatan, serta Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan.
Bagian timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian barat berupa di bagian timur Jawa Barat, berbatasan dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis di selatan, serta Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten Kuningan terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 361 desa dan 15 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Kuningan.
Bagian timur wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah, sedang di bagian barat berupa ah, sedang di bagian barat berupa , sedang di bagian barat berupa

Selasa, 13 Januari 2009

cerita sahabat rasul

Imam Hasan Al Bashri adalah seorang ulama tabi'in terkemuka di kota Basrah, Irak. Beliau dikenal sebagai ulama yang berjiwa besar dan mengamalkan apa yang beliau ajarkan. Beliau juga dekat dengan rakyat kecil dan dicintai oleh rakyat kecil.Imam Hasan Al Bashri memiliki seorang tetangga nasrani. Tetangganya ini memiliki kamar kecil untuk kencing di loteng di atas rumahnya. Atap rumah keduanya bersambung menjadi satu. Air kencing dari kamar kecil tetangganya itu merembes dan menetes ke dalam kamar Imam Hasan Al Bashri. Namun beliau sabar dan tidak mempermasalahkan hal itu sama sekali. Beliau menyuruh istrinya meletakkan wadah untuk menadahi tetesan air kencing itu agar tidak mengalir ke mana-mana.Selama dua puluh tahun hal itu berlangsung dan Imam Hasan Al Bashri tidak membicarakan atau memberitahukan hal itu kepada tetangganya sama sekali. Dia ingin benar-benar mengamalkan sabda Rasulullah SAW. "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya."Suatu hari Imam Hasan Al Bashri sakit. Tetangganya yang nasrani itu datang ke rumahnya menjenguk. Ia merasa aneh melihat ada air menetes dari atas di dalam kamar sang Imam. Ia melihat dengan seksama tetesan air yang terkumpul dalam wadah. Ternyata air kencing. Tetangganya itu langsung mengerti bahwa air kencing itu merembes dari kamar kecilnya yang ia buat di atas loteng rumahnya. Dan yang membuatnya bertambah heran kenapa Imam Hasan Al Bashri tidak bilang padanya."Imam, sejak kapan Engkau bersabar atas tetesan air kencing kami ini ?" tanya si Tetangga.Imam Hasan Al Bashri diam tidak menjawab. Beliau tidak mau membuat tetangganya merasa tidak enak. Namun ..."Imam, katakanlah dengan jujur sejak kapan Engkau bersabar atas tetesan air kencing kami ? Jika tidak kau katakan maka kami akan sangat tidak enak," desak tetangganya."Sejak dua puluh tahun yang lalu," jawab Imam Hasan Al Bashri dengan suara parau."Kenapa kau tidak memberitahuku ?""Nabi mengajarkan untuk memuliakan tetangga, Beliau bersabda, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangganya !"Seketika itu si Tetangga langsung mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia dan seluruh keluarganya masuk Islam.

sejarah hukum islam

Deskripsi
Bagaimana konsep kenegaraan versi Islam, agama yang ditegaskan Allah Ta'ala sebagai rahmat untuk semua alam semesta, agama yang diturunkan sebagai pamungkas agama-agama samawi, dan akidah aplikatif yang menghasilkan nidzam (sistem) yang universal dan integral? Bagaimana ketangguhannya dalam menghadapi badai zaman dan pengaruhnya dalam pemerintahan dan rakyat yang menjadi obyek penerapannya? Apa rahasia ketangguhannya hingga sampi detik ini ia tegar dan tidak terusik, kendati musuh-musuh Islam telah merobohkan bangunannya (Daulah Utsmaniyah di Turki) melalui antek-anteknya pada tahun 1924? Apa kuncinya hingga orang-orang non-Muslim dulu justru merasa nyaman hidup di bawah naungannya? Bagaimana cara penerapannya hingga negara menjadi stabil, rakyat patuh kepadanya dan keadilan merata dirasakan semua pihak?Jika Anda mengkaji ayat-ayat Al-Qur'an, hadits-hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan hukum-hukum fiqh atau masalah masalah yang disepakati para Khalifah Rasyidin, dan generasi sesudahnya, maka Anda lihat bahwa Syariat Islam ini sangat sarat dengan prinsip-prinsip sistem politik, sistem moneter, sistem pemerintahan, sistem peradilan, dan aspek-aspek lain yang dibutuhkan negara.Bagaimana detail sistem politik, sistem moneter, sistem pemerintahan dan sistem peradilan versi Islam tersebut, maka buku Al-Ahkam As-Sulthaniyyah adalah jawabannya. Inilah buku, politik pertama dalam Islam yang ditulis pakar tata negara Islam, hakim pada Negara Bani Abbasiyah, imam bagi para pengikut madzhab Imam Syafi'i pada zamannya, ahli fiqh, ahli ushul fiqh, pakar bahasa Arab, dan pakar tafsir, Imam Al-Mawardi Rahimahullah.Seperti diakui Imam Al-Mawardi Rahimahullah dalam kata pengantar buku ini, bahwa ia menulis buku ini atas instruksi langsung dari khalifah ketika itu, karena saat itu belum ada pembukuan konsep kenegaraan Islam yang tercecer di banyak buku-buku fiqh. Oleh karena itu, ia merangkum konsep-konsep kenegaraan yang ada dalam buku-buku fiqh hingga tersusunlah buku ini untuk menjadi sebuah manual book bagi penyelenggaraan negara oleh kepala negara, dan semua aparatnya.Nah, untuk pembaca kaum Muslimin, inilah mutiara kita bersama telah kami hadirkan, dengan harapan mudah-mudahan kehadiran buku ini bisa menjadi titik terang, kesadaran dan kebangkitan Daulah